Di era lampau kehadiran surat begitu membumi. Sebelum hadirnya jaringan internet ketenaran media surat begitu lekat dengan masyarakat. Sehingga di era itu muncullah istilah sahabat pena, yakni sahabat yang terjalin lewat jalinan hubungan surat menyurat.
Surat sangat erat dengan
hadirnya amplop dan juga perangko, mereka ibarat sahabat erat, tugas amplop
melindungi surat adalah isi hati dan perangko adalah alat perekat yang
melazimkan perintah kepada kantor Pos untuk mengirimkan ke tempat tujuan.
Di tulisan ini sengaja
saya membatasi khususon masalah amplop. Ya, ada masalah yang muncul dari
sebuah amplop! Masalah itu muncul ketika saya melihat tumpukan tugas anak di
meja kerja saya, dan wow saya baru sadar ternyata amplop-ampop yang sering kita
pakai kesemuanya bercorak bendera negara Prancis. Apa iya? Ya sih,
Sobat,….!!
Menurut buku The History
of Envelopes karya Maynard H Benjamin, amplop pertama kali digunakan oleh
bangsa Babilonia pada ABAD 20 SM. Saat itu pula fungsi amplop tidak seperti
sekarang, amplop belum digunakan dalam dunia surat-menyurat, melainkan
digunakan untuk menyimpan catatan dan dokumen-dokumen penting. Anehnya lagi di
zaman itu amplop terbuat dari tanah liat dan ga bisa dilipat. Aneh juga ya?
Kemudian, menurut sejarah
pula, amplop kertas baru dikenal pada tahun 1775. Saat itu dunia pos di Eropa
dan Amerika menggunakan kertas yang dilipat untuk membungkus surat yang akan
dikirimkan oleh warganya. Amplop dengan model seperti ini digunakan sampai
sekitar tahun 1839.
Baru pada tahun 1840 Ratu
Victoria mendorong adanya reformasi dalam dunia pos. Reformasi ini di pimpin
oleh Rowland Hill, dan dari sinilah amplop modern dimulai. Pada tahun itulah
pemerintah Inggris mengadakan kontes pembuatan amplop guna penyempurnaan
kegiatan surat-menyurat. Sehingga munculah ide (1) Ongkos kirim surat harus terjangkau oleh publik.
Ongkos kirim yang murah diharapkan akan semakin banyak orang berkirim surat,
dan semakin banyak uang masuk ke kas pemerintah. (2) Untuk meningkatkan jumlah
pengirim surat, tarif pos harus seragam, tanpa diperhitungkan jarak tempuh
pengiriman surat. (3) Untuk menghindari berbagai masalah pengiriman, ongkos
kirim harus dibayar di muka. Caranya dengan menempelkan secarik kertas kecil,
namanya prangko.
Sobat,
Demikian sedikit ulasan
sejarah amplop yang dirangkum dari berbagai sumber, namun pertanyaan mengenai
asal usul warna merah, putih, dan biru belum juga terjawab.
Lalu, jikalau boleh
menduga-duga mengenai asal usul warna surat yang beredar di Indonesia. Penulis
berpendapat, bahwa warna-warna yang ada kemungkinan, tak lepas dari sejarah
masa kolonial yang berlangsung lama. Dan bisa jadi pengaruh warna warna itu
disebabkan pengaruh dari warna bendera Belanda atau Prancis (silakan cek
sejarah penjajahan Prancis atas Belanda-Pada 1809, Republik Bataaf dihapus, dan
kekuasaan Napoleon diberikan kepada saudaranya, Louis Napoleon, kemudian Louis
Napoleon inilah yang mengangkat seorang tiran, bernama Herman Willem Daendels
untuk memerintah di Nusantara menggantikan VOC yang bubar pada 31 Desember
1799.