Selasa, 09 Agustus 2011

Mengenal Periodisasi Sastra Indonesia


Berdasarkan urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:
•Angkatan Pujangga Lama
•Angkatan Sastra Melayu Lama
•Angkatan Balai Pustaka
•Angkatan Pujangga Baru
•Angkatan 1945
•Angkatan 1950 - 1960-an
•Angkatan 1966 - 1970-an
•Angkatan 1980 - 1990-an
•Angkatan Reformasi
•Angkatan 2000-an

a.    Angkatan Pujangga Lama
Pujangga lama adalah bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra yang dihasilkan banyak di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat, selain itu banyak juga muncul karya-karya penting berbahasa melayu terutama karya keagamaan. Karya yang dihasilkan kebanyakan dipengaruhi oleh kebudayaan melayu dan agama islam.

Beberapa contoh karya sastra angkatan pujangga lama :
•Sejarah
Sejarah Melayu (Malay Annals)
•Hikayat
Hikayat Aceh
Hikayat Amir Hamzah
Hikayat Andaken Penurat
Hikayat Djahidin
Hikayat Kadirun

•Syair
Syair Raja Mambang Jauhari
Syair Raja Siak
•Kitab agama
Syarab al-'Asyiqin (Minuman Para Pecinta) oleh Hamzah Fansuri
Asrar al-'Arifin (Rahasia-rahasia para Gnostik) oleh Hamzah Fansuri
Nur ad-Daqa'iq (Cahaya pada kehalusan-kehalusan) oleh Syamsuddin Pasai
Bustan as-Salatin (Taman raja-raja) oleh Nuruddin ar-Raniri

b. Angkatan Sastra Melayu Lama

Karya sastra melayu lama banyak dihasilkan pada tahun 1870-1942. Karya sastra ini banyak berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti; Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya, serta orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra  yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.


Beberapa contoh karya sastra melayu lama

·      Robinson Crusoe (terjemahan)
·      Lawan-lawan Merah
·      Mengelilingi Bumi dalam 80 hari (terjemahan)
·      Graaf de Monte Cristo (terjemahan)
·      Kapten Flamberger (terjemahan)
·      Rocambole (terjemahan)
·      Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo)
·      Bunga Rampai oleh A.F van Dewall
·      Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe
·      Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan


c.  Angkatan Balai Pustaka

Angkatan Balai Pusataka adalah karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, karya sastra ini diterbitkan oleh penerbit Balai PustakaProsa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini. Balai Pustaka  didirikan untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda, dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura. Pada masa ini, novel Siti Nurbaya dan Salah Asuhan menjadi karya yang cukup penting. Keduanya menampilkan kritik tajam terhadap adat-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu. Dalam perkembangannya, tema-teman inilah yang banyak diikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masa itu.

Contoh Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka:
·         Marah Roesli : Siti Nurbaya (1922), La Hami (1924), dan Anak dan Kemenakan (1956)
·         Tulis Sutan Sati : Tak Disangka (1923), Sengsara Membawa Nikmat (1928), Tak Membalas Guna (1932), dan Memutuskan Pertalian (1932)
·         Djamaluddin Adinegoro : Darah Muda (1927) dan Asmara Jaya (1928)
·         Abas Soetan Pamoentjak : Pertemuan (1927)
·         Abdul Muis : Salah Asuhan (1928) dan Pertemuan Djodoh (1933)

d. Angkatan Pujangga Baru

Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
Pada masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :
  1. Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah
  2. Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.

Contoh Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru

·      Sutan Takdir Alisjahbana : Dian Tak Kunjung Padam (1932), Tebaran Mega - kumpulan sajak (1935), Layar Terkembang (1936), dan Anak Perawan di Sarang Penyamun (1940)
·    Armijn Pane : Belenggu (1940), Jiwa Berjiwa, Gamelan Djiwa - kumpulan sajak (1960), Djinak-djinak Merpati - sandiwara (1950), dan Kisah Antara Manusia - kumpulan cerpen (1953)
·    Sanusi Pane : Pancaran Cinta (1926), Puspa Mega (1927), Madah Kelana (1931), Sandhyakala Ning Majapahit (1933), dan Kertajaya (1932)
·        Tengku Amir Hamzah : Nyanyi Sunyi (1937), Begawat Gita (1933), dan Setanggi Timur (1939)
·         Sariamin Ismail : Kalau Tak Untung (1933) dan Pengaruh Keadaan (1937)
·         J.E.Tatengkeng : Rindoe Dendam (1934)
·         Fatimah Hasan Delais : Kehilangan Mestika (1935)
·         Said Daeng Muntu : Pembalasan dan Karena Kerendahan Boedi (1941)
·         Karim Halim : Palawija (1944)

e. Angkatan 1945

Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani.

Contoh Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945

·         Chairil Anwar : Kerikil Tajam (1949) dan Deru Campur Debu (1949)
·         Asrul Sani, Rivai Apin dan Chairil Anwar : Tiga Menguak Takdir (1950)
·         Achdiat K. Mihardja : Atheis (1949)
·         Trisno Sumardjo : Katahati dan Perbuatan (1952)
·      Utuy Tatang Sontani : Suling (drama) (1948), Tambera (1949), dan Awal dan Mira - drama satu babak (1962)
·         Suman Hs : Kasih Ta' Terlarai (1961), Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957), dan Pertjobaan Setia (1940)

f.  Angkatan 1950 - 1960-an

Lahirnya angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra. Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan diantara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960 dan menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.

Contoh Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 - 1960-an

·         Nh. Dini : Dua Dunia (1950) dan Hati jang Damai (1960)
·       Mochtar Lubis : Tak Ada Esok (1950), Jalan Tak Ada Ujung (1952), Tanah Gersang (1964), dan Si Djamal (1964)
·        Marius Ramis Dayoh : Putra Budiman (1951) dan Pahlawan Minahasa (1957)
·       Ali Akbar Navis : Robohnya Surau Kami - 8 cerita pendek pilihan (1955), Bianglala - kumpulan cerita pendek (1963), Hujan Panas (1964), dan Kemarau (1967)
·        Toto Sudarto Bachtiar : Etsa sajak-sajak (1956) dan Suara - kumpulan sajak 1950-1955 (1958)
·        Ramadhan K.H : Priangan si Jelita (1956)

g.  Angkatan 1966 - 1970-an


Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis. Karya sastra yang terbit pada angkatan ini sangat beragam, dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini.

Contoh Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966

·       Sapardi Djoko Damono : Dukamu Abadi (1969) dan Mata Pisau (1974).
·     Putu Wijaya : Bila Malam Bertambah Malam (1971), Telegram (1973), Stasiun (1977), Pabrik, Gres, dan Bom.
·         Djamil Suherman : Perjalanan ke Akhirat (1962) dan Manifestasi (1963)
·         Chairul Harun : Warisan (1979)
·         Kuntowijoyo : Khotbah di Atas Bukit (1976)
·         M. Balfas : Lingkaran-lingkaran Retak (1978)
·         Mahbub Djunaidi : Dari Hari ke Hari (1975)
·         Wildan Yatim : Pergolakan (1974)
·         Ismail Marahimin : Dan Perang Pun Usai (1979)
·         Wisran Hadi : Empat Orang Melayu dan Jalan Lurus

h.  Angkatan 1980 - 1990an

Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum. Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur. Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya. Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat.

Contoh Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980 - 1990an :

·        Y.B Mangunwijaya : Burung-burung Manyar (1981).
·        Budi Darma : Olenka (1983) dan Rafilus (1988).
·        Sindhunata : Anak Bajang Menggiring Angin (1984).
·        Arswendo Atmowiloto : Canting (1986).
·        Hilman Hariwijaya : Lupus - 28 novel (1986-2007), Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003), Olga Sepatu Roda (1992), dan Lupus ABG - 11 novel (1995-2005).
·        Remy Sylado : Ca Bau Kan (1999) dan Kerudung Merah Kirmizi (2002).

i. Angkatan Reformasi

Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncullah wacana tentang "Sastrawan Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harian Republika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik. Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra -- puisi, cerpen, dan novel -- pada saat itu.

Contoh Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi

·         Widji Thukul : Puisi Pelo dan Darman

j.  Angkatan 2000-an

Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000.

Contoh Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000

·        Ayu Utami : Saman (1998) dan Larung (2001).
·      Andrea Hirata : Laskar Pelangi (2005), Sang Pemimpi (2006), Edensor (2007), Maryamah Karpov   (2008), Padang Bulan (2010), dan Cinta Dalam Gelas (2010).

Tidak ada komentar: