Jumat, 12 Agustus 2011

Untuk Mu Kaum Muda

 Online…….."Hati-hati"

onlen
Siswi kelas II SMP Negeri di Sidoarjo, menghilang dari rumah keluarganya di Tangerang. Ia ditemukan oleh polisi pada Selasa (9/2/2010) dini hari di Tangerang saat bersama sang pacar yang ia kenal lewat internet. Yang mengejutkan, kepada polisi Ia mengaku telah bersebadan dengan pacarnya itu sebanyak tiga kali selama kabur. (kompas.com, 11/2/2010)
Seorang mahasiswi di Gorontalo, dipanggil polisi setelah menulis status di jaringan pertemanan Facebook. Ia dituduh  telah mencemarkan nama baik polisi. (vivanews.com, 31/1/2010)
Akibat menghina seorang guru dengan kata-kata kotor di jejaring sosial Facebook, sebanyak empat orang siswa SMA 4 Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) dikeluarkan dari sekolah. (kompas.com, 12/2/2010)
Seorang Ibu di Florida, Amerika Serikat merasa terganggu dengan tangisan bayinya ketika ia sibuk bermain game online dari jejaring sosial Facebook. Ia lalu membunuh bayinya sendiri dengan cara mengguncangkan badannya berkali-kali. (JPNN, 29/10/2010)
***
Internet merupakan teknologi yang kini sangat digandrungi kaum muda. Berbeda dengan menonton televisi yang bersifat pasif, melalui media internet kita bisa aktif berinteraksi, menyampaikan aspirasi melalui website atau blog, menjalin relasi melalui jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter, saling berbagi informasi di forum seperti Kaskus, atau bahkan mengeruk keuntungan dengan menjalankan bisnis secara online. Namun, seperti pisau dapur yang bisa digunakan untuk menyakiti orang lain, internet juga memiliki sisi negatif. Ia bisa digunakan untuk hal-hal buruk seperti pornografi, judi, ataupun penipuan.
Berbeda dengan dunia nyata yang menghadapi orang lain secara langsung, dalam dunia maya internet, manusia tidak merasa canggung lagi ketika berinteraksi. Hal ini sering berdampak negatif, karena pengguna internet tidak lagi memikirkan bagaimana kondisi orang yang dihadapinya di luar sana. Ia bisa dengan santai mengeluarkan kata-kata kasar kepada orang lain di internet. Fenomena jejaring sosial seperti Facebook (seperti yang dikutip di awal artikel) telah menunjukkannya. Hal ini malahan bertolak belakang dengan tujuan dibuatnya situs tersebut, yaitu agar kita bisa berinteraksi kembali, menyambung silaturahmi dengan teman dan saudara secara baik.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada remaja modern, adanya internet justru membuat interaksi sosial mereka di dunia nyata menjadi berkurang. Mereka menghindari pertemuan-pertemuan karena merasa lebih nyaman untuk berinteraksi via komputer, dan bahkan merasa “resah” jika meninggalkan komputer atau handphonenya sebentar saja. Perilaku ini lambat laun akan membuat mereka menjadi tidak percaya diri lagi dalam bertemu orang lain. Ia menjadi malu, tidak bisa menyampaikan pikirannya secara langsung. Ia tidak mengerti bagaimana membaca bahasa tubuh orang lain. Kepekaan sosialnya menjadi berkurang. Sehingga, akhir-akhir ini sering ditemui remaja yang terlihat sangat supel di dunia maya, namun menjadi sangat pendiam jika kita menemuinya secara langsung.
Merupakan salah satu karakteristik remaja bahwa ia ingin diakui, dianggap hebat dan “gaul” oleh lingkungan pergaulannya. Melalui internet, hal ini menjadi lebih mudah. Ia rajin mengupdate status Facebook agar dikomentari oleh teman-temannya. Apapun ia tulis, bahkan untuk hal-hal yang merupakan aib. Padahal Rasulullah mengajarkan,

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

“Cukuplah seseorang dikatakan sebagai pendusta apabila ia mengatakan apa saja yang diketahuinya” [H.R. Muslim].
Yang paling memprihatinkan, tidak sedikit remaja kemudian memasang fotonya dengan pakaian minim yang tidak senonoh, untuk menarik lelaki lain berinteraksi dengannya. Na’udzubillah min dzalik.
Ber-internet bahkan sudah menjadi “oksigen” bagi sebagian remaja. Ia bisa duduk seharian di depan komputer, tidak perduli dengan sekelilingnya. Asyik membuka artikel di Kaskus sampai tengah malam, dan sibuk memberikan komentar di status Facebook temannya. Saking tidak bisanya beranjak dari internet, kalau sudah bosan, tidak ada lagi yang dilakukan, ia lalu mengalihkan perhatiannya, mulai mengakses pornografi.  Inna lillaahi wa Inna ilahi raji’un….
Padahal Allah berfirman yang artinya, “Demi masa, sungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling mewasiatkan dengan kebenaran dan saling mewasiatkan dengan kesabaran. [Q.S. Al-Ashr:1-3].
Saudaraku…..
Sudahkah engkau mengalami gejala seperti diterangkan di atas? Apakah engkau menghabiskan waktumu berinternet dalam hal-hal yang tidak bermanfaat, yang justru malah mendatangkan kerusakan bagi dirimu?
Jika ya, maka bertakwalah!
Jadilah hamba Allah yang bersyukur atas nikmat-Nya. Nikmat mengakses internet manfaatkanlah untuk hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat. Kunjungilah situs-situs yang bermanfaat, yang menambah keimanan kepada Allah, yang membuatmu tahu dan mengerti mengenai Islam. Atau -jika Allah memudahkanmu- jadikanlah internet sebagai media dakwah. Engkau bisa menyampaikan kebaikan dengan menyebarkan ayat-ayat Allah dan perkataan Rasul-Nya. Kenalkan umat ini dengan para ulamanya. Sebarkanlah kebaikan Islam di dunia maya.
Namun, jangan sampai hal tersebut lalu mendominasi kehidupanmu. Ingatlah bahwa kita hidup di dunia nyata. Kita harus belajar bagaimana menghadapi orang lain di dunia nyata. Dengan berinteraksi di dunia nyata, kita akan belajar kapan harus bersabar, kapan harus mengalah, kapan harus menolong orang lain. Hal inilah yang tidak akan kita dapatkan di dunia maya.
Kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Kita membutuhkan bantuan orang lain di dunia nyata. Bergaullah dengan tetangga dengan cara yang baik. Mulailah salam kepada mereka, perhatikan mereka, tolong-menolonglah dalam kebaikan dan ketakwaan. Semoga Allah memudahkan kita melakukannya, karena silaturahmi dengan lingkungan terdekat sekarang ini adalah hal yang semakin jarang ditemui dalam kehidupan remaja saat ini. Kita sibuk sekolah, sibuk berteman dengan handphone dan komputer, lalu tidak memerhatikan orang-orang di sekeliling kita secara langsung.
Saudaraku…..
Manfaatkanlah waktu mudamu ini untuk hal-hal yang berguna. Masa muda adalah masa keemasan. Tenagamu sedang melimpah dan kecerdasanmu sedang berada pada puncaknya. Manfaatkanlah itu dalam wujud syukur kepada Allah, manfaatkanlah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
“Pergunakan lima perkara sebelum lima perkara: masa mudamu sebelum masa pikunmu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum masa matimu.” [H.R. Al-Hakim, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani v].(Ristyandani)

Semua artikel dikutip dari majalah, website Tasfiyah

Apa Cita-Citamu ?

CITA-CITA
LIBURAN SEKOLAH. Bagi yang sudah lulus sekolahnya, sekarang mulai memikirkan  mau melanjutkan kemana. Mau kuliah ? kerja masuk pesantren ? atau masuk militer? Masing-masing pilihan merupakan sarana untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.
Setiap manusia pasti memiliki cita-cita. Bila tidak, tentu dia tidak memiliki semangat hidup. Waktu kecil, ketika kita ditanyai “Mau jadi apa?” Kebanyakan dari kita biasanya menjawab, “Mau jadi tentara, mau jadi dokter, mau jadi presiden, dll” . Dalam perkembangannya, karena pengaruh pengetahuan yang semakin berkembang, cita-cita pun berubah. Anak kecil mungkin akan berubah-ubah jawabannya ketika ditanya apa cita-citanya. Beda dengan orang dewasa yang jawabannya mantap tak berubah. Kok bisa? Ya, karena cita-cita merupakan gabungan dari kemampuan dan pandangan hidup seseorang.
Anak kecil, yang kemampuannya masih berkembang dengan cepat, tentu saja cita-citanya berkembang sesuai kemampuannya. Beda dengan orang dewasa, yang sudah mulai bisa mengukur bakat dan kemampuannya, sehingga benar-benar mengerti apa yang ingin dan bisa ia capai.
Namun, kita juga sering menemui orang yang sudah cukup berumur, namun hidupnya luntang-lantung tidak jelas. Kalau ditanya mau jadi apa, jawabannya, “pingin jadi orang kaya”. Sungguh jawaban yang menggelikan, ingin menjadi orang kaya tetapi tidak berusaha bekerja dengan baik. Dari sini kita bisa melihat bahwa tidak semua orang yang memiliki cita-cita bisa menggapainya. Tergantung dari usaha yang dilakukannya (tentunya setelah melalui ketetapan  Allah).
Cita-Cita Seorang Muslim
Lalu apakah cita-cita seorang muslim? Dan bagaimana usaha untuk menggapainya? Allah  berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” [QS. Ali Imran : 102]
Saudaraku…
Kita semua bukanlah hamba uang, bukan hamba ketenaran, bukan pula hamba nafsu kita sendiri. Kita semua adalah hamba Allah . Konsekuensi kita sebagai hamba (budak) adalah kita wajib melaksanakan apa-apa yang diperintahkan dan menjauhi apa-apa yang dilarang oleh pemilik kita, yaitu Allah.  Dan cita-cita tertinggi bagi seorang hamba Allah adalah ia bertemu Allah dalam keadaan muslim, kemudian ia memperoleh rahmat-Nya untuk masuk ke surga-Nya.
Jika begitu, sudah semestinya seorang muslim menjadikan cita-citanya di dunia sebagai sarana untuk mencapai cita-cita tertinggi di akhirat. Misalnya kamu ingin menjadi ahli pemrograman komputer. Maka niatkanlah belajar komputer bukan hanya untuk bekerja mendapatkan uang, namun juga sebagai sarana untuk meningkatkan produktifitas dan memudahkan kaum muslimin dalam bekerja. Dan juga -semoga Allah  memudahkanmu- berusahalah agar kemampuanmu itu bisa digunakan untuk berdakwah (misal dengan membuat website dakwah, program penghitungan zakat, dll). Niatkanlah semua perbuatan yang kita lakukan sebagai ibadah kepada Allah . Rasulullah  `mengajarkan,

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang  (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. [HR. Bukhori dan Muslim dari shahabat Umar bin Khaththab ]
Tidak Cukup Hanya Belajar Ilmu Dunia
Namun, untuk menggapai cita-cita akhirat, tidak cukup hanya dengan belajar ilmu dunia. Kita juga harus belajar ilmu agama secara sungguh-sungguh. Kita harus mempelajari Apa sih tauhid itu? Apa syirik itu? Lalu bagaimana dengan cara-cara ibadah rutin harian kita? Itu tidak boleh kita tinggalkan. Silahkan kamu belajar komputer, namun kewajiban belajar ilmu agama tidak boleh ditinggalkan.
Kamu mungkin berpikir, “Wah, ngapain serius belajar agama. Saya nggak mau jadi ustadz kok, saya  mau jadi programmer !”
Saudaraku….belajar agama bukan hanya untuk mereka yang akan menjadi ustadz. Kita belajar agama karena kita membutuhkannya setiap hari, bahkan setiap detik. Sebagai contoh cara kita shalat. Apakah shalat kita sudah benar? Sudah sesuai tuntunan Rasulullah ? Sudahkah kita mengerti bacaan shalat kita? Jangan sampai kita membaca sholat hanya was-wes-wos, asal baca namun tidak tahu artinya. Bagaimana sholat bisa mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar, jika kita tidak tahu artinya?
Itu tadi baru contoh kecil, bagaimana kita benar-benar membutuhkan ilmu agama dalam setiap tarikan napas kita. Karena setiap tujuan pasti membutuhkan jalan. Jalan untuk menjadi ahli komputer dengan belajar komputer. Jalan untuk menjadi dokter, tentu dengan belajar ilmu kedokteran. Jalan untuk masuk surga tentu saja dengan belajar agama.
Kita Pasti Akan Mati
Kalau kita hidup selamanya di dunia, kita bisa saja hanya belajar ilmu dunia. Tapi itu mustahil, karena setiap manusia pasti akan mati. Sehingga, hanya bercita-cita menjadi dokter, insinyur, atau yang lainnya tentu bukanlah pilihan yang bijak. Berusahalah untuk selalu bersungguh-sungguh dalam belajar, baik dalam belajar ilmu dunia, maupun ilmu akhirat. Apabila engkau merasa bosan dalam belajar, maka ingatlah kembali  tujuanmu dalam belajar, ”Apa cita-cita kita di dunia dan di  akhirat ?”
Semoga Allah  memudahkan kita untuk mencapai cita-cita kita.
“Bersungguh-sungguhlah mengupayakan apa-apa yang bermanfaat untukmu, memohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu merasa lemah” [ H.R. Muslim dari shahabat Abu Hurairah ]
Wallahu a’lam bish shawab. (Ristyandani)

Hikmah Penciptaan Manusia

Adalah akhlak yang baik jika seorang muslim meninggalkan sesuatu yang sia-sia. Karena, meninggalkan kesia-siaan merupakan tanda dari kebijaksanaan seseorang. Allah  pun telah menyebutkan bahwa salah satu ciri kaum mukminin adalah berpaling dari sesuatu yang sia-sia. Allah berfirman dalam Surat Al-Mu`minun (yang artinya), “Telah beruntung orang-orang yang beriman.” [Q.S. Al-Mu`minun:1] dan menyebutkan salah satu ciri mereka, “Dan dari kesia-siaan mereka berpaling.” [Q.S. Mu`minun:3]. Inilah kesempurnaan seorang hamba. Dia tidak akan melakukan sesuatu yang sia-sia.
Jika hal ini merupakan kesempurnaan bagi hamba, maka Rabbul ‘alamin yang telah menciptakan mereka lebih berhak menyandangnya. Allah  tidak akan melakukan sesuatu yang sia-sia. Segala apa yang Dia lakukan pastilah mengandung hikmah yang besar dan tujuan yang agung. Dan demikianlah yang akan kita dapatkan jika kita melihat dan berfikir terhadap alam semesta yang sungguh agung ini serta dibarengi banyak dzikir kepada Allah . Kita akan melihat bahwa segala sinergisme alam semesta dalam keteraturannya merupakan tanda yang jelas bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Mampu, Maha Bijaksana, dan Maha Mengetahui. Saat kita melihat langit yang tanpa penyangga dan bumi yang terhampar, serta kita rasakan malam yang demikian tenangnya dan siang untuk kita beraktivitas, kita akan melihat betapa agungnya ciptaan ini.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit-langit dan bumi serta pergantian siang dan malam terdapat tanda bagi orang-orang yang pandai. Orang-orang yang berdzikir kepada Allah dengan berdiri, duduk, dan di atas lambungnya serta mereka ber-tafakkur terhadap penciptaan langit-langit dan bumi, (mereka mengatakan), ‘Wahai Rabb kami, Engkau tidak menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka jagalah kami dari api neraka.’” [Q.S. Ali ‘Imran:190-191].
Ya, tiada satu pun dari ciptaan Allah yang sia-sia tanpa hikmah. Pastilah, di dalam ciptaan Allah terkandung kebijaksanaan yang luas dan agung, baik disadari oleh manusia atau tidak. Begitu pula penciptaan manusia. Allah tidak menciptakan mereka semata-mata untuk bersenang-senang, makan, minum, tanpa ada tujuan yang jelas. Tidakkah kita telaah pengingkaran Allah di dalam surat Al-Qiyamah yang artinya, “Apakah manusia mengira mereka ditinggalkan begitu saja (tanpa tujuan dan arahan)?” [Q.S. Al-Qiyamah:36]. Di dalam ayat ini, Allah  bertanya kepada manusia dalam rangka mengingkari orang-orang yang berpikir demikian.
Demikian pula limpahan nikmat yang Allah curahkan kepada kita, bahkan manusia tidak akan bisa lepas dari rahmat-Nya walaupun sekejap. Ia lah Allah  semata yang mencipta, menghidupkan, mematikan, memberi rezeki, membimbing, mengatur, dan yang lainnya. Fasilitas lengkap di sekitar kita yang telah Allah persiapkan untuk kesinambungan dan kelancaran hidup semua tentu untuk sebuah hikmah.
Lalu, apakah hikmah Allah menciptakan manusia? Allah telah menuangkannya di dalam Kalam-Nya:
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” [Q.S. Adz-Dzariyat:56]. Inilah hikmah penciptaan manusia, untuk beribadah kepada Allah . Dalam ayat lain, Allah menyebutkan hikmah ini setelah penyebutan sebagian nikmat-Nya. Yang berarti, nikmat-nikmat itu memiliki konsekuensi, yakni mengibadahi-Nya. Allah  berfirman yang artinya, Wahai sekalian manusia, beribadahlah kepada Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untuk kalian, karena itu janganlah kalian Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah Padahal kalian mengetahui.” [Q.S. Al Baqarah:21,22].
Lantas, apakah ibadah itu? Ibadah bukan hanya terbatas pada shalat, puasa, dan haji. Ibadah, sebagaimana didefinisikan oleh Syaikhul Islam Taqiyyuddin Ahmad bin Abdul Halim Al-Harrani , “Ibadah adalah
sebuah kata yang mencakup semua hal yang dicintai dan diridhai Allah, mulai dari ucapan hingga perbuatan, baik yang lahiriah ataupun batiniah.” Inilah definisi ibadah. Jadi, memuliakan tamu merupakan ibadah, menolong tetangga adalah ibadah, mengucapkan ucapan yang baik pun merupakan ibadah karena Allah mmencintai itu semua, sebagaimana telah Rasul-Nya sampaikan dalam banyak hadits. Namun, tentu saja semua ini harus didasari niat ibadah kepada Allah, bukan untuk niatan dunia.
Inilah tujuan Allah menciptakan jin dan manusia. Maka, sebagai seorang muslim sejati, hendaknya kita jadikan tujuan ini sebagai tujuan utama hidup kita, bukan sebagai tugas sampingan yang hanya dilakukan sekedar sebagai pengesah saja. Sebaliknya, kita jadikan yang selain ini sebagai pelengkap dan penyempurna ibadah kita kepada Allah. Karena, inilah kelak yang akan menjadi penentu hidup kita yang kekal, hidup di akhirat kelak, hidup yang tak berarti lagi harta dan keturunan, kecuali yang datang kepada Allah dengan hati yang disinari cahaya keimanan dan amalan. Allahu a’lam bish shawab. (Abdurrahman)


Tidak ada komentar: