Rabu, 02 Desember 2015

Efek Samping Debat Kusir


Sobat, di media media sosial seringkali  kita melihat orang berdebat dalam masalah yang pada asalnya tidak perlu diperdebatkan, bukannya masalah tersebut kurang penting, namun lebih karena memang jika debat dilanjutkan tak akan menemui jalan temu alias deadlock.

Deadlock bisa terjadi karena kacamata yang digunakan oleh para pendebat memang berbeda. Ketika kacamata berbeda tentu saja cara pandangpun berbeda, kecuali adanya suatu kesepakatan bagaimana menempuh jalan yang dapat mempersamakan persepsi.  Jadi, jangan sampai ketika seseorang melihat dengan kacamata cembung bisa disamakan dengan orang yang memandang dengan kacamata cekung.
Selain perbedaan kacamata debat juga kurang berfaidah dikarenakan hampir mayoritas pendebat memiliki pola pikir mengedepankan hawa nafsu, bukan mencari kebenaran. Artinya sebenar dan sejujur  apapun argumentasi yang diberikan lawan tak akan membuat tergerak hati menuju kebenaran.

Sobat, perdebatan yang berkepanjangan ternyata bermula dari niatan. Niatan manusia tentunya berbeda. Ada manusia yang memiliki niatan bersih menyuarakan kebenaran (lillahi ta’ala) ketika menyampaikan argumen. Ada manusia dengan niatan politik. Ada pula manusia dengan niatan mencari jeneng “nama” dan jenang “harta”. Maka dari sinilah factor bermula mengapa setiap terjadi perdebatan, seringkali terjadi deadlock.  Seperti kata peribahasa “dalam laut dapat diukur dalamnya hati siapa sangka” artinya tak ada yang dapat membaca setiap isi hati dan niatan manusia.

Sedikit gambaran saja ketika ada persoalan yang berhubungan dengan agama, maka kembalikan sudut pandangnya pada sudut pandang agama. Sedikit contoh saja: saat membahas masalah jilbab, maka arahkan argumentasi dengan dalil-dalil nash kitab suci, jangan dengan dalil hukum adat, sosbud, hukum KUHP, atau apalah..sebab hal macam ini mustahil akan bertemu ujung pangkalnya.

 Sebagai ending jika debat (baca: diskusi) kalian ingin menghasilkan ujung yang berbunga, maka:
1. Jujurlah, jangan tolak kebenaran hanya karena fanatisme sempit;
2. Tetapkan standar yang sama/ tetapkan acuan kebenaran pada satu sudut pandang; 
3. Hindari debat ala kusir kuda ( ku usir ku depak lawan karena nafsu semata) 

Sebagai tambahan informasi, simak sobat akibat-akibat buruk debat : 
1. Kebenaran atau al haq menjadi terkaburkan akibat, kerancuan berpikir yang barhasil dihembuskan lawan debat. “HEMMM” 
2. Debat menyebabkan jantung berdebar-debar, andrenalin sangat terpacu saat mencoba mencari dan menyerang kelemahan dari argumen lawan. Aliran darah terasa melaju kencang ke kepala. Bisa dibayangkan jika ini dialami oleh penderita tekanan darah tinggi, bisa-bisa kena stroke, bukan? “WOW 1”
3. Debat menyebabkan sulit tidur/Insomnia. Meskipun perdebatan telah usai, tapi biasanya detail perdebatan tersebut terus berkecamuk di dalam kepala. Dan gawatnya ini sering terbawa hingga waktu tidur. “WOW 2”
4. Debat menyebabkan stress!! Kalah dalam berdebat akan memberikan efek stress bagi orang yang mengalaminya. Begitu juga bagi pihak yang menang dalam perdebatan. Karena seringnya pemenang debat masih terus mencari kekurangan pihak lain meskipun telah 'menang'. “WOW 3” Demikain sedikit opini yang dapat di share semoga bermanfaat,….Wallahu’alam “Al haq akan tetap menjadi al haq walau pun banyak orang mendebatnya.

Dari Abdus Shamad bin Ma’qil ia berkata, saya mendengar Wahb mengatakan :
“Tinggalkanlah percekcokan dan perdebatan dalam urusanmu karena sesungguhnya kamu tidak mungkin melemahkan salah satu dari dua lawanmu, yaitu seseorang yang lebih alim darimu, maka bagaimana mungkin kamu membantah dan mendebat orang yang lebih alim dari dia, maka apakah pantas kamu membantah dan mendebat orang yang jelas lebih alim dari kamu? Dan seseorang yang kamu lebih alim dari dia maka apakah pantas kamu membantah dan mendebat orang yang lebi bodoh dari kamu? Sedangkan ia tidak akan mentaati kamu, maka putuslah yang demikian atasmu (Asy Syari’ah hal: 64) 

1 komentar:

hesti sholikah mengatakan...



sholikahhesti.blogspot.com