Jepretan di perempatan Ngemplak, Solo |
Berangkat dari sebuah pertanyaan seorang teman yang sengaja
bertanya sebuah pertanyaan yang gokills (goblog dan kills ‘membunuh).# eh…ada makna di
balik istilah ternyata.
Saat itu teman penulis bertanya mengenai apa sih bahasa Indonesia
(terjemahaan) ”kunduran/keunduran trek (dari bahasa Jawa)” ?
Dari pertanyaan teman tersebut penulis merasa tertantang dan
merasa berkewajiban menjawab pertanyaan tersebut, walah.. maaf jika penulis sedikit
esteh-12 dan sotoy? Walhasil,
bukannya memikirkan jawaban dari pertanyaan, penulis malah lupa, karena kesibukannya mengerjakan skripsi (waktu
itu). Maaf ya Sob belum bisa jawab!! # eh sok penting pula Si Aji ini..ck..ck..ck
Oh ya…!!!
Alhamdulillah!!
Setelah beberapa tahun kemudian, setelah mendaki gunung lewati
lembah penulis baru ingat akan janji yang sempat terucap. Saat ini, penulis
jadi ingat sebuah peribahasa “janji adalah hutang”, untuk itu (karena takut
dosa) maka penulis segera sadar dan berupaya “melunasi hutang jawaban dengan
segera”.
# eh…lebay-bay sok alim pula...
# eh…lebay-bay sok alim pula...
Baiklah, langsung saja
menuju TKP (Tempat Kejadian Prikitiewww) !!
Sebelum dianalisis dari segi ilmu morfologi (ilmu mengenai
pembentukan kata) alangkah baiknya penulis membahas bentukan “keunduran trek”
dari sudut pandang ilmu semantik (ilmu tentang makna).
Frase “keunduran trek”
apabila diterjemahkan secara makna kontekstual berarti suatu kejadian seseorang
atau sesuatu benda secara tidak sengaja terkena hantaman bagian belakang truk
yang berjalan mundur. Artinya peristiwa yang terjadi berjalan secara tidak
sengaja dan tidak diinginkan.
Selain kata “keunduran”, ada lagi kata dari bahasa Jawa yang
memiliki prefiks sejenis yakni di antaranya kata “kelindes”, “kepanah”,
“kesabet”, “keturon”, “kepatil”, “ketujeb”, “kelelep”, “kecelup”, “ketindih”
dst.. Semua bentukan prefiks ke- tersebut (dalam bahasa jawa) memiliki makna
tidak sengaja. Prefiks ke- dalam bahasa Indonesia pun dapat kita jumpai namun
maknanya berbeda dengan prefiks ke- di dalam bahasa Jawa. Prefiks ke- di dalam
bahasa Indonesia lebih berfungsi membentuk kata benda (contoh: ketua, kekasih,
kehendak) sedangkan di dalam bahasa Jawa berfungsi membentuk kata kerja/verba
(bermakna tidak sengaja).
Kembali TKP, alhasil prefiks ke- (yang berarti tidak
sengaja) di dalam bahasa Jawa ternyata memiliki saudara kembar yakni prefiks
ter- (yang berarti tidak sengaja dalam bahasa Indonesia). Untuk lebih jelasnya
perhatikan uraian penulis. Contoh: “kata kelindes” apabila diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia menjadi terlindas. Maknanya tidak sengaja menggilas/lindas
sesuatu. Contoh lain: kata “kepanah” apabila diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia menjadi-“terpanah”, kata terpanah secara morfologis diturunkan dari
verba transitif “memanah-dipanah-terpanah”.
Berdasarkan beberapa dalil yang telah disampaikan, penulis
mengambil suatu benang merah. Bahwa terjemahan dari frase “keunduran trek”
adalah “terundur truk”. Ke di dalam bahasa Jawa=ter di dalam bahasa Indonesia,
analisisnya adalah sebagai berikut terundur diturunkan dari kata
undur/mundur-mengundur-terundur.
Demikian sedikit kesotoyan dari penulis yang fakir akan ilmu.
Semoga bermanfaat bagi pembaca.
Wallahu’alam
Sumber bacaan:
1. J. S. Badudu. 1977. Pelik Pelik Bahasa Indonesia. Bandung:
Pustaka Prima
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia a.k.a KBBI
3. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar