Sabtu, 18 Mei 2013

Bolehkah Menerjemahkan “Keunduran/Kunduran Trek” dengan “Terundur Truk”?

Jepretan di perempatan  Ngemplak, Solo


Berangkat dari sebuah pertanyaan seorang teman yang sengaja bertanya sebuah pertanyaan yang gokills (goblog dan kills ‘membunuh).# eh…ada makna di balik istilah ternyata.

Saat itu teman penulis bertanya mengenai apa sih bahasa Indonesia (terjemahaan) ”kunduran/keunduran trek (dari bahasa Jawa)” ?

Dari pertanyaan teman tersebut penulis merasa tertantang dan merasa berkewajiban menjawab pertanyaan tersebut, walah.. maaf jika penulis sedikit esteh-12 dan sotoy? Walhasil, bukannya memikirkan jawaban dari pertanyaan, penulis malah lupa, karena kesibukannya mengerjakan skripsi (waktu itu). Maaf ya Sob belum bisa jawab!! # eh sok penting pula Si Aji ini..ck..ck..ck

Oh ya…!!! Alhamdulillah!!
Setelah beberapa tahun kemudian, setelah mendaki gunung lewati lembah penulis baru ingat akan janji yang sempat terucap. Saat ini, penulis jadi ingat sebuah peribahasa “janji adalah hutang”, untuk itu (karena takut dosa) maka penulis segera sadar dan berupaya “melunasi hutang jawaban dengan segera”.
# eh…lebay-bay sok alim pula...

Baiklah, langsung saja menuju TKP (Tempat Kejadian Prikitiewww) !!
Sebelum dianalisis dari segi ilmu morfologi (ilmu mengenai pembentukan kata) alangkah baiknya penulis membahas bentukan “keunduran trek” dari sudut pandang ilmu semantik (ilmu tentang makna).

Frase  “keunduran trek” apabila diterjemahkan secara makna kontekstual berarti suatu kejadian seseorang atau sesuatu benda secara tidak sengaja terkena hantaman bagian belakang truk yang berjalan mundur. Artinya peristiwa yang terjadi berjalan secara tidak sengaja dan tidak diinginkan.

Selain kata “keunduran”, ada lagi kata dari bahasa Jawa yang memiliki prefiks sejenis yakni di antaranya kata “kelindes”, “kepanah”, “kesabet”, “keturon”, “kepatil”, “ketujeb”, “kelelep”, “kecelup”, “ketindih” dst.. Semua bentukan prefiks ke- tersebut (dalam bahasa jawa) memiliki makna tidak sengaja. Prefiks ke- dalam bahasa Indonesia pun dapat kita jumpai namun maknanya berbeda dengan prefiks ke- di dalam bahasa Jawa. Prefiks ke- di dalam bahasa Indonesia lebih berfungsi membentuk kata benda (contoh: ketua, kekasih, kehendak) sedangkan di dalam bahasa Jawa berfungsi membentuk kata kerja/verba (bermakna tidak sengaja).

Kembali TKP, alhasil prefiks ke- (yang berarti tidak sengaja) di dalam bahasa Jawa ternyata memiliki saudara kembar yakni prefiks ter- (yang berarti tidak sengaja dalam bahasa Indonesia). Untuk lebih jelasnya perhatikan uraian penulis. Contoh: “kata kelindes” apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi terlindas. Maknanya tidak sengaja menggilas/lindas sesuatu. Contoh lain: kata “kepanah” apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi-“terpanah”, kata terpanah secara morfologis diturunkan dari verba transitif “memanah-dipanah-terpanah”.

Berdasarkan beberapa dalil yang telah disampaikan, penulis mengambil suatu benang merah. Bahwa terjemahan dari frase “keunduran trek” adalah “terundur truk”. Ke di dalam bahasa Jawa=ter di dalam bahasa Indonesia, analisisnya adalah sebagai berikut terundur diturunkan dari kata undur/mundur-mengundur-terundur.

Demikian sedikit kesotoyan dari penulis yang fakir akan ilmu. Semoga bermanfaat bagi pembaca.
Wallahu’alam

Sumber bacaan:
1. J. S. Badudu. 1977. Pelik Pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia a.k.a KBBI
3. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia


Tidak ada komentar: