Kamis, 11 Agustus 2011

Profil SMK Negeri 1 Miri Sragen


SMK N I Miri
Sekolah ini berada di Jln. Raya Gemolong – Karanggede Km. 2 Jeruk, Miri, Sragen. SMK NEGERI 1 MIRI, merupakan pendidikan unggulan di Wilayah Kecamatan Miri, dan mungkin di wilayah sekitarnya. SMK ini membuka 4 program keahlian yaitu Teknik Mekanik Otomotif, Teknik Gambar Bangunan, Teknik Listrik Pemakaian dan Multimedia.

Kepala SMK Negeri 1 Miri :
Drs. H. Budi Santoso, M.M.
Dr. Joemintono,
Drs. Sarno, M. Pd.

BERITA SMK Satu lagi berita tentang SMK Negeri 1 Miri, Menjuarai lomba Matematika Tingkat Kab Sragen atas nama Ihsan Kurniawan dan lomba duta wisata kab sragen juara harapan 2, Tahun 2009 agaknya menjadi tahun yang mujur bagi SMK Negeri 1 Miri sebab sekolah ini ditunjuk sebagai sekolah model Berita Tahun Ajaran 2009/2010 ini merupakan tahun emas bagi SMK Negeri 1 Miri, selain mengalami peningkatan prestasi yang gemilang, tahun ini SMK Negeri 1 Miri mendapat kepercayaan dari Dirjen Pusjas ( Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani ) sebagai sekolah model sehat nasional. langkah yang ditempuh untuk merealisasi hal ini adalah membentuk panitia khusus dan meningkatkan Hidup aktif dan sehat.

PRESTASI SMK NEGERI 1 MIRI SRAGEN
Pelopor Mobil Formula SMK
Pelopor Pembuatan Biopori 
Juara  Orientering Nasional

Visi dan Misi

A. Visi
Mewujudkan sekolah yang tertib, aman, dinamis dan terkendali serta memiliki nilai imtaq, sebagai pencetak sumber daya manusia yang professional dan mempunyai jiwa wirausaha yang mampu bersaing.

B. Misi
1. Menghasilkan tamatan (SDM) di idang teknologi, industri yang professional dan mampu bersaing
2. Mewujudkan sekolah yang menjadi pilihan masyarakat
3. Menghasilkan tenaga kerja yang mampu berwira usaha mandiri sesuai perkembangan zaman

Ciri-ciri Bahasa Baku

1. Tidak dipengaruhi bahasa daerah
Contoh :
Baku--Ibu---Tidak baku--nyokap; Baku--dilihat---Tidak baku---dilihatin;  Baku--Buku adik kemarin tertinggal di kelas---Tidak baku--Bukunya adik tertinggal di kelas. (Penggunaan -nya terpengaruh pola bahasa Jawa--Bukune adik keri neng kelas)

2. Tidak dipengaruhi bahasa asing
Contoh:

  1. Baku--Di sana tempat Kipli bermukim---Tidak baku--Di sana tempat di mana Kipli bermukim.
  2. Baku--kesempatan lain---Tidak Baku--lain kesempatan
  3. Baku--Peristiwa yang dulu pernah kita bicarakan---Tidak baku--Peristiwa yang mana dulu pernah kita bicarakan

3. Bukan merupakan ragam bahasa percakapan
Contoh
         Baku                                                      Tidak Baku  

  1. dengan                                                     sama
  2. mengapa                                                   ngapa
  3. memberi                                                   kasih
  4. tidak                                                         nggak    
  5. tetapi                                                        tapi


4. Pemakaian imbuhan secara ekplisit
Contoh: Baku--menyerang---Tidak baku serang

5. Tidak terkontaminasi dan tidak rancu
Contoh :

  1. Baku            : berkali-kali
  2. Tidak baku   : berulang kali

Mengapa--bentuk berulang kali salah, sebab bentuk ini sebetulnya berasal dari dua bentuk kelompok kata yang berbeda yakni bentuk (1) berkali-kali, (2) berulang-ulang (gabungan yang tidak dibenarkan secara kaidah)

6. Tidak mengandung pleonasme/berlebihan
Contoh:

  1. Baku                             Tidak baku
  2. maju                              maju ke depan
  3. mundur                          mundur ke belakang
  4. para ibu                         para ibu-ibu


7. Tidak mengandung hiperkorek/over elegant-
Mencoba membetulkan bentuk yang sudah benar yang menyebabkan bentuk yang sudah benar menjadi salah.

Contoh:

  1. Baku                              Tidak Baku
  2. sah                                 syah
  3. insaf                               insyaf
  4. teladan                            tauladan
  5. nafsu                              napsu


Referensi
Ahmad Iskak, Yustinah. 2008.Bahasa Indonesia Tataran Semenjana.Jakarta:
       Erlangga.
J.S. Badudu.1982. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Bandung:
       Pustaka Prima.










Teknik Memulai Pidato

Pidato adalah penyampaian dan penanaman pikiran, informasi, atau gagasan dari pembicara kepada khalayak ramai. Pidato biasanya disampaikan secara lisan dalam acara-acara resmi, seperti peringatan hari bersejarah, perayaan hari besar, atau pembukaan suatu kegiatan. Untuk dapat berpidato dengan baik harus mempersiapkan materi pidato yang akan disampaikan. Materi pidato tersebut dapat disusun secara lengkap atau hanya pokok-pokoknya saja. Ada tiga langkah utama yang perlu diperhatikan dalam menyusun naskah pidato, yakni meneliti masalah, menyusun uraian, dan melakukan latihan.

1. Meneliti Masalah
a. Menentukan Topik dan Tujuan Pidato
Topik pembicaraan merupakan persoalan yang dikemukakan. Topik yang akan disampaikankanhendaknya menarik perhatian pembicara dan pendengar. Adapun tujuan pembicaraan berhubungan dengan tanggapan yang diharapkan dari para pendengar.
Contoh:
Topik  :  Bahaya rokok bagi kesehatan
Tujuan umum   :  Sosialisasi
Tujuan khusus  :  Memberikan penjelasan untuk mensosiali-sasikan bahaya rokok bagi kesehatan, baik bagi perokok maupun orang-orang di sekitarnya.
sekitarnya.
b.  Menganalisis Pendengar dan Situasi
Menganalisis pendengar dan situasi dilakukan untuk me-ngetahui siapa pendengarnya dan dalam situasi apa pidato itu akan disampaikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis pendengar adalah sebagai berikut.
  1. Maksud pengunjung mendengarkan uraian pidato.
  2. Adat kebiasaan atau tata cara kehidupan pendengar.
  3. Tempat acara berlangsung.
c.  Memilih dan Menyempitkan Topik
Topik yang terlalu luas dapat kita batasi agar lebih fokus dan pembahasan lebih terarah.
Topik luas    :  Moral
Topik sempit  :  Dekadensi moral di kalangan remaja

2. Menyusun Uraian
a. Mengumpulkan Bahan
Untuk dapat menyusun pidato, kita harus mengumpulkan bahan yang diperlukan sesuai dengan topik pembicaran. Banyak sumber yang dapat dijadikan bahan pidato, seperti bahan bacaan, hasil mendengarkan, atau pengalaman yang berkesan.
b.  Membuat Kerangka Uraian
Membuat kerangka uraian (sama halnya dengan kerangka karangan) akan memudahkan kita untuk menyusun naskah pidato. Bahan-bahan yang telah kita peroleh disusun sesuai dengan kerangka uraian.
c.  Menguraikan secara Mendetail
Naskah pidato dapat diuraikan secara lengkap sesuai dengan kerangka yang telah dibuat. Dalam penyusunan naskahhendaknya kita menggunakan kata-kata yang tepat dan efektif sehingga memperjelas uraian.

3. Berlatih Berpidato
Jika kita belum terbiasa tampil di depan  umum, latihan berbicara sangatlah perlu. Kita dapat melatih intonasi, pengucapan, ataupun gaya saat berpidato. Kita juga dapat menentukan metode berpidato yang akan digunakan. Berikut metode pidato yang dapat digunakan setelah kita mempersiapkan naskah pidato.
  1. Metode Menghafal : Berpidato dengan metode menghafal dilakukan dengan cara menghafalkan naskah pidato yang telah disusun. Metode ini memang sedikit merepotkan karena kita harus menghafalkan kata demi kata. Pidato dengan metode ini dapat digunakan untuk pidato pendek dalam situasi yang resmi.
  2. Metode Naskah : Metode ini sering dipakai dalam pidato resmi. Kita tampil berpidato dengan cara membacakan naskah yang telah disusun. Metode dengan membaca naskah agak kaku. Apalagi jika belum terbiasa, pandangan mata kita hanya difokuskan pada naskah, sedangkan pendengar terabaikan.
  3. Metode Ekstemporan : Metode ini dianggap paling ideal. Dalam metode ini, pembicara menyiapkan sebuah naskah yang lengkap untuk disampaikan dalam pidato, akan tetapi pada pelaksanaannya naskah tersebut tidak dibaca seperti pada metode naskah. Naskah pidato berfungsi sebagai catatan materi yang akan disampaikan. Pembicara akan berbicara secara bebas tanpa membaca naskah itu. Adapun struktur penulisan naskah pidato terdiri atas bagian Salam pembuka, Pendahuluan, isi, kesimpulan, salam penutup
UNTUK MEMUDAHKAN MENGINGAT DAPAT DISINGKAT DENGAN AKRONIM : "Saka-pu-isi-si-sa"

Contoh:

Salam pembuka, Pendahuluan "Saka-pu"
Assalamualaikum
Bapak/ Ibu guru yang saya hormati,serta rekan-rekan yang saya banggakan,Pertama-tama saya panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah swt. Saat ini kita masih diberikan keleluasaan umur untuk melakukan segala aktivitas dan rutinitas kita. Semoga langkah-langkah perjuangan kita ada dalam rida-Nya.
 ...
"isi"
Hadirin yang saya hormati,
Seminar ini diadakan bukan tanpa tujuan. Tujuan pokok seminar ini adalah untuk meningkatkan mutu pengajaran bahasa, terutama bahasa Indonesia dan bahasa daerah, baik sebagai sarana komunikasi maupun sebagai unsur dan pendukung kebudayaan kita. Hal yang perlu kita tingkatkan adalah pengajaran bahasa pada semua jenis jenjang lembaga pendidikan, termasuk lembaga pendidikan luar sekolah.
"si-sa"
Seminar ini diadakan dengan harapan dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kemajuan pengajaran dan perkembangan bahasa Indonesia dan daerah. Mudah-mudahan usaha kita ini diberkahi oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Wassalamualaikum wr.wb.


Selasa, 09 Agustus 2011

Mengenal Periodisasi Sastra Indonesia


Berdasarkan urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:
•Angkatan Pujangga Lama
•Angkatan Sastra Melayu Lama
•Angkatan Balai Pustaka
•Angkatan Pujangga Baru
•Angkatan 1945
•Angkatan 1950 - 1960-an
•Angkatan 1966 - 1970-an
•Angkatan 1980 - 1990-an
•Angkatan Reformasi
•Angkatan 2000-an

a.    Angkatan Pujangga Lama
Pujangga lama adalah bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra yang dihasilkan banyak di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat, selain itu banyak juga muncul karya-karya penting berbahasa melayu terutama karya keagamaan. Karya yang dihasilkan kebanyakan dipengaruhi oleh kebudayaan melayu dan agama islam.

Beberapa contoh karya sastra angkatan pujangga lama :
•Sejarah
Sejarah Melayu (Malay Annals)
•Hikayat
Hikayat Aceh
Hikayat Amir Hamzah
Hikayat Andaken Penurat
Hikayat Djahidin
Hikayat Kadirun

•Syair
Syair Raja Mambang Jauhari
Syair Raja Siak
•Kitab agama
Syarab al-'Asyiqin (Minuman Para Pecinta) oleh Hamzah Fansuri
Asrar al-'Arifin (Rahasia-rahasia para Gnostik) oleh Hamzah Fansuri
Nur ad-Daqa'iq (Cahaya pada kehalusan-kehalusan) oleh Syamsuddin Pasai
Bustan as-Salatin (Taman raja-raja) oleh Nuruddin ar-Raniri

b. Angkatan Sastra Melayu Lama

Karya sastra melayu lama banyak dihasilkan pada tahun 1870-1942. Karya sastra ini banyak berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti; Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya, serta orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra  yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.


Beberapa contoh karya sastra melayu lama

·      Robinson Crusoe (terjemahan)
·      Lawan-lawan Merah
·      Mengelilingi Bumi dalam 80 hari (terjemahan)
·      Graaf de Monte Cristo (terjemahan)
·      Kapten Flamberger (terjemahan)
·      Rocambole (terjemahan)
·      Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo)
·      Bunga Rampai oleh A.F van Dewall
·      Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe
·      Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan


c.  Angkatan Balai Pustaka

Angkatan Balai Pusataka adalah karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, karya sastra ini diterbitkan oleh penerbit Balai PustakaProsa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini. Balai Pustaka  didirikan untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda, dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura. Pada masa ini, novel Siti Nurbaya dan Salah Asuhan menjadi karya yang cukup penting. Keduanya menampilkan kritik tajam terhadap adat-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu. Dalam perkembangannya, tema-teman inilah yang banyak diikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masa itu.

Contoh Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka:
·         Marah Roesli : Siti Nurbaya (1922), La Hami (1924), dan Anak dan Kemenakan (1956)
·         Tulis Sutan Sati : Tak Disangka (1923), Sengsara Membawa Nikmat (1928), Tak Membalas Guna (1932), dan Memutuskan Pertalian (1932)
·         Djamaluddin Adinegoro : Darah Muda (1927) dan Asmara Jaya (1928)
·         Abas Soetan Pamoentjak : Pertemuan (1927)
·         Abdul Muis : Salah Asuhan (1928) dan Pertemuan Djodoh (1933)

d. Angkatan Pujangga Baru

Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
Pada masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :
  1. Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah
  2. Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.

Contoh Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru

·      Sutan Takdir Alisjahbana : Dian Tak Kunjung Padam (1932), Tebaran Mega - kumpulan sajak (1935), Layar Terkembang (1936), dan Anak Perawan di Sarang Penyamun (1940)
·    Armijn Pane : Belenggu (1940), Jiwa Berjiwa, Gamelan Djiwa - kumpulan sajak (1960), Djinak-djinak Merpati - sandiwara (1950), dan Kisah Antara Manusia - kumpulan cerpen (1953)
·    Sanusi Pane : Pancaran Cinta (1926), Puspa Mega (1927), Madah Kelana (1931), Sandhyakala Ning Majapahit (1933), dan Kertajaya (1932)
·        Tengku Amir Hamzah : Nyanyi Sunyi (1937), Begawat Gita (1933), dan Setanggi Timur (1939)
·         Sariamin Ismail : Kalau Tak Untung (1933) dan Pengaruh Keadaan (1937)
·         J.E.Tatengkeng : Rindoe Dendam (1934)
·         Fatimah Hasan Delais : Kehilangan Mestika (1935)
·         Said Daeng Muntu : Pembalasan dan Karena Kerendahan Boedi (1941)
·         Karim Halim : Palawija (1944)

e. Angkatan 1945

Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani.

Contoh Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945

·         Chairil Anwar : Kerikil Tajam (1949) dan Deru Campur Debu (1949)
·         Asrul Sani, Rivai Apin dan Chairil Anwar : Tiga Menguak Takdir (1950)
·         Achdiat K. Mihardja : Atheis (1949)
·         Trisno Sumardjo : Katahati dan Perbuatan (1952)
·      Utuy Tatang Sontani : Suling (drama) (1948), Tambera (1949), dan Awal dan Mira - drama satu babak (1962)
·         Suman Hs : Kasih Ta' Terlarai (1961), Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957), dan Pertjobaan Setia (1940)

f.  Angkatan 1950 - 1960-an

Lahirnya angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra. Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan diantara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960 dan menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.

Contoh Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 - 1960-an

·         Nh. Dini : Dua Dunia (1950) dan Hati jang Damai (1960)
·       Mochtar Lubis : Tak Ada Esok (1950), Jalan Tak Ada Ujung (1952), Tanah Gersang (1964), dan Si Djamal (1964)
·        Marius Ramis Dayoh : Putra Budiman (1951) dan Pahlawan Minahasa (1957)
·       Ali Akbar Navis : Robohnya Surau Kami - 8 cerita pendek pilihan (1955), Bianglala - kumpulan cerita pendek (1963), Hujan Panas (1964), dan Kemarau (1967)
·        Toto Sudarto Bachtiar : Etsa sajak-sajak (1956) dan Suara - kumpulan sajak 1950-1955 (1958)
·        Ramadhan K.H : Priangan si Jelita (1956)

g.  Angkatan 1966 - 1970-an


Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis. Karya sastra yang terbit pada angkatan ini sangat beragam, dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini.

Contoh Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966

·       Sapardi Djoko Damono : Dukamu Abadi (1969) dan Mata Pisau (1974).
·     Putu Wijaya : Bila Malam Bertambah Malam (1971), Telegram (1973), Stasiun (1977), Pabrik, Gres, dan Bom.
·         Djamil Suherman : Perjalanan ke Akhirat (1962) dan Manifestasi (1963)
·         Chairul Harun : Warisan (1979)
·         Kuntowijoyo : Khotbah di Atas Bukit (1976)
·         M. Balfas : Lingkaran-lingkaran Retak (1978)
·         Mahbub Djunaidi : Dari Hari ke Hari (1975)
·         Wildan Yatim : Pergolakan (1974)
·         Ismail Marahimin : Dan Perang Pun Usai (1979)
·         Wisran Hadi : Empat Orang Melayu dan Jalan Lurus

h.  Angkatan 1980 - 1990an

Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum. Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur. Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya. Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat.

Contoh Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980 - 1990an :

·        Y.B Mangunwijaya : Burung-burung Manyar (1981).
·        Budi Darma : Olenka (1983) dan Rafilus (1988).
·        Sindhunata : Anak Bajang Menggiring Angin (1984).
·        Arswendo Atmowiloto : Canting (1986).
·        Hilman Hariwijaya : Lupus - 28 novel (1986-2007), Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003), Olga Sepatu Roda (1992), dan Lupus ABG - 11 novel (1995-2005).
·        Remy Sylado : Ca Bau Kan (1999) dan Kerudung Merah Kirmizi (2002).

i. Angkatan Reformasi

Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncullah wacana tentang "Sastrawan Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harian Republika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik. Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra -- puisi, cerpen, dan novel -- pada saat itu.

Contoh Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi

·         Widji Thukul : Puisi Pelo dan Darman

j.  Angkatan 2000-an

Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000.

Contoh Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000

·        Ayu Utami : Saman (1998) dan Larung (2001).
·      Andrea Hirata : Laskar Pelangi (2005), Sang Pemimpi (2006), Edensor (2007), Maryamah Karpov   (2008), Padang Bulan (2010), dan Cinta Dalam Gelas (2010).