Rabu, 21 November 2012

Melihat Sosok Pemimpin Besar dari Sisi Makanan

sumber: miniblog pribadi

Menurut Anda
Siapakah sosok pemimpin besar yang paling banyak laparnya daripada kenyangnya?
Siapakah sosok pemimpin besar yang paling tawadhu’?
Siapakah sosok pemimpin besar yang paling dermawan?
Siapakah pemimpin yang dengan para sahabatnya mampu (dengan izin allah) menaklukkan dua imperium besar, negara adikuasa persia dan romawi?
Ya, pemimpin besar yang saya maksudkan di sini Dialah Rasulullah, Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam, Suri tauladan yang mulia.
Pada kesempatan kali ini sengaja saya ingin berbagi kepada pembaca sobat kompasianer, mengenai sisi lain kehidupan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam. Terutama dari sisi sifat makanan yang Beliau makan, yang dari sisi ini tampak ketawadhu’an Beliau terhadap dunia. Hal yang sangat menakjubkan, mungkin, di masa sekarang ini.
Sobat kompasianer,
Untuk lebih jelasnya, mari kita simak penjelasan dari beberapa riwayat berikut ini:
1. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengisahkan: “Pada suatu hari, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam datang menemuiku. Beliau bertanya: “Apakah kamu masih menyimpan makanan?” ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menjawab: “Tidak ada!” Beliau berkata: “Kalau begitu aku berpuasa.” (HR. Muslim)
2. Dalam sebuah riwayat yang shahih disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan keluarganya pernah selama sebulan atau dua bulan hanya memakan Aswadaan, yaitu kurma dan air. (HR. Bukhari & Muslim)
3. “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan keluarga beliau tidur dalam keadaan lapar selama beberapa malam berturut-turut. Mereka tidak mendapatkan hidangan untuk makan malam. Sedangkan jenis makanan yang sering mereka makan adalah roti yang terbuat dari gandum.” (HR. At-Tirmidzi)
4. “Keluarga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah makan roti gandum sampai kenyang tiga hari berturut-turut semenjak tiba di kota Madinah sampai beliau wafat.” (Muttafaq ‘alaih)
5. “Rasulullah tidak pernah makan siang dan makan malam dengan daging beserta roti kecuali bila menjamu para tamu.” (HR. At-Tirmidzi)
Saudara pembaca sobat kompasianer, perlu kita ketahui, bahwa keadaan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam seperti itu bukan karena beliau tidak punya atau kekurangan harta. Justru harta melimpah ruah berada dalam genggaman beliau dan harta-harta pilihan diusung ke hadapan beliau. Akan tetapi, Allah Subhanahu wata’ala memilih keadaan yang paling benar dan sempurna bagi Nabi-Nya Subhannahu wa Ta’ala.
‘Uqbah bin Al-Harits berkata:
“Pada suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengimami kami shalat Ashar. Seusai shalat, beliau segera memasuki rumah, tidak lama kemudian beliau keluar kembali. Aku bertanya kepada beliau, atau ada yang bertanya kepada beliau tentang perbuatan beliau itu. Beliau menjawab:
“Aku tadi meninggalkan sebatang emas dari harta sedekah di rumah. Aku tidak ingin emas itu berada di tanganku sampai malam nanti. Karena itulah aku segera membagikannya.” (HR. Muslim) . Kedermawanan yang menakjubkan dan pemberian yang tiada bandingannya hanya dapat dijumpai pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam .
Anas bin Malik radhiallahu anhu mengungkapkan: “Setiap kali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dimintai sesuatu karena Islam, beliau pasti memberinya. Pernah datang menemui beliau seorang laki-laki, lantas beliau memberinya seekor kambing yang digembala di antara dua gunung (kambing yang gemuk). Lelaki itu kembali menemui kaumnya seraya berseru: “Wahai kaumku, masuklah kamu ke dalam Islam! Sesungguhnya Muhammad selalu memenuhi segala permintaan seakan-akan ia tidak takut jatuh miskin.” (HR. Muslim)
Meski dengan kedermawaan dan pemberian yang demikian menakjubkan itu, namun cobalah lihat keadaan diri beliau , Anas bin Malik menuturkannya kepada kita. Ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah makan hidangan di meja makan hingga beliau wafat, beliau juga tidak pernah makan roti yang terbuat dari gandum halus hingga beliau wafat.” (HR. Al-Bukhari)
Demikian sedikit penjelasan mengenai sosok Rasulullah di dalam mensikapi masalah makanan. Semoga yang sedikit ini dapat meresap di dalam hati sanubari kita , serta mampu mencerahkan hati yang buram karena kurangya rasa syukur. Akhir kata, semoga kita mampu menjadi seorang hamba yang bersyukur di dalam segala keadaan.
“Wallahu ‘alam bishawwab


Tidak ada komentar: